Rabu, 09 April 2014

BERTANAM KUNYIT




BERTANAM KUNYIT
 


Bibit yang digunakan dapat berasal dari rimpang induk dan anak rimpang. Apabila digunakan rimpang induk, maka rimpang dapat dibelah menjadi empat bagian membujur, dan untuk anak rimpang adalah yang mempunyai bobot 15 - 20 gr. Rimpang yang digunakan untuk bibit adalah yang dipanen minimal 11-12 bulan. Untuk pertanaman seluas 1 ha dibutuhkan sekitar 500 kg bibit.
Sebelum ditanam rimpang bibit ditunaskan dengan cara menghamparkan rimpang di atas jerami/alang-alang tipis. Jerami atau alang dihamparkan di atas wadah berupa rak-rak terbuat dari bambu atau kayu yang diletakkan di tempat yang teduh. Selama penyemaian dilakukan penyiraman setiap hari. Setelah sekitar 10 hari atau apabila sudah tumbuh tunas dengan tinggi 0,5 - 1 cm, benih sudah siap ditanam. Untuk mencegah infeksi bakteri, sebelum ditanam benih direndam di dalam larutan bakterisida selama 10 jam, kemudian dikering anginkan.

Persiapan lahan:

Persiapan lahan dilakukan 15 - 21 hari sebelum benih ditanam, yaitu dengan cara digarpu atau dicangkul sedalam 30 cm agar gembur, dibersihkan dari ranting-ranting dan sisa tanaman yang sudah lapuk serta gulma. Setelah tanah diolah dan digemburkan, dibuat parit-parit pemisah petak. Setiap petak tanam berukuran lebar sekitar 2-3 meter dengan panjang sesuai dengan kondisi di lapangan.

Penanaman:
Penanaman benih sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Benih ditanam pada lubang tanam sedalam 5-7 cm dengan tunas menghadap ke atas, dengan jarak tanam bervariasi yaitu 50 x 40 cm, 50 x 50 cm atau 50 x 60 cm. Apabila kunyit ditanam secara tumpang sari dengan tanaman kacang tanah, maka jarak tanamnya adalah 75 x 50 cm. Pada saat penanaman ini diberikan pupuk kandang sebanyak 10 - 20 ton/ha, serta pupuk SP-36 dan KCl masing-masing sebanyak 200 kg/ha.


Pemeliharaan:
Pemupukan dengan Urea dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat umur tanaman mencapai 1, dan 3 bulan, masing-masing sebanyak 100 Kg/ha. Selama masa pertumbuhan tanaman dilakukan penyiangan gulma dengan intensitas sesuai dengan kondisi pertumbuhan gulma. Untuk mengurangi intensitas penyiangan dapat digunakan mulsa tebal dari jerami atau sekam. Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang tidak tumbuh setelah 1-1,5 bulan setelah penanaman. Pada saat tanaman telah membentuk rumpun dengan 4 - 5 anakan, dilakukan pembubunan secara periodik sesuai dengan kebutuhan agar rimpang selalu tertutup tanah dan agar drainase terpelihara dengan baik.
Selama masa pertumbuhan terdapat resiko tanaman diserang hama dan penyakit busuk rimpang. Untuk mencegah serangan penyakit tersebut maka harus digunakan benih yang sehat, menghindari terjadinya luka pada bibit atau benih, pergiliran tanaman, pembersihan sisa tanaman dan gulma, serta drainase yang baik. Serangan penyakit tanaman dapat dicegah atau diatasi dengan penyemprotan fungisida/bakterisida.
Pemanenan:
Pemanenan dapat dilakukan setelah tanaman berumur 10 - 12 bulan, yaitu dengan cara membongkar seluruh rimpang dengan menggunakan garpu atau cangkul. Apabila bibit yang digunakan adalah varietas unggul Cudo 21 produktivitas tanaman adalah sekitar 18 - 21 ton rimpang segar per hektar, dan apabila bibit yang digunakan adalah varietas unggul Cudo 38 maka akan dapat menghasilkan 18 - 25 ton rimpang segar

Pasca Panen:
Setelah panen, rimpang harus segera dibersihkan untuk menghindari mikro-organisme yang tidak diinginkan, yaitu dengan cara disemprot air yang bertekanan tinggi atau dicuci dengan tangan. Setelah pencucian, rimpang dianginkan untuk mengeringkan air pencucian. Untuk penjualan segar rimpang dapat langsung dikemas. Apabila dijual dalam bentuk kering atau simplisia, maka rimpang direbus beberapa menit, kemudian diiris dengan tebal sekitar 2 mm, dan kemudian dikeringkan/dijemur sampai mencapai kadar air sekitar 8 - 10%, yaitu bila rimpang bisa dipatahkan.

3) Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb).
Teknis budidaya temulawaksejak pembibitan sampai dengan pasca panen adalah sama seperti untukkunyit. Hanya saja apabila digunakan bibit unggul maka dalam 1hektar untuk pola monokultur atau tumpang sari dapat dihasilkan sekitar20 - 40 ton rimpang segar.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar